Selasa, 26 April 2022

Karya saya yang sudah di bukukan tahun 2021

(Puisi)

Jalan Pulang

                                                 Karya : Norrina,S.Pd


Andai ada jalan pintas terdekat melewati gunung haraan yang menjulang tinggi itu,

Mungkin waktu perjalanan kami bisa dipersingkat untuk kembali pulang.

Andai jalan propinsi ini punya trowogan bawah tanah ditengah gunung bamega batu berbaris itu,

Mungkin perjalanan tak perlu memutari ratusan kilometer melewati propinsi orang.

 

Andai aku kuasa atas diriku sendiri melewatinya,

Mengarungi perjalanan menempuh waktu dan medan yang luar biasa dahsyat

Menuju kampung halaman tercinta, tak mesti menunggu jemputan orang tua

Hingga mereka harus turing keliling Kalimantan Selatan dari HST

 

Sungguh, aku lemah tak berdaya

Ketika kuasaku tak sanggup tuk berjaya,

Hanya untuk kembali bersama keluarga

Setelah merindukan kampung halaman tercinta.

 

Hari ini aku kembali kesini, merasakan atmosfir yang sama,

Setelah beberapa triwulan berlalu sendu dan merindu

Kebahagiaan yang dinanti telah tiba, membersamai keluarga

Dalam indahnya ramadhan mubarak yang mengalun merdu


                                                                                    Ramadhan 1442 H


(Cerpen)

Takdir Qadir dan Kebanjiran

Karya : Norrina,S.Pd

 

Rabu malam, hawa dingin masih menyelimuti hiruk pikuk kota kecil bagian tengah yang berhulu pada sebuah sungai yang bermuara didaerah Pegunungan Meratus. Setelah siang tadi hujan lebat sempat mengguyur dengan derasnya. Kini angin membawa hawa dingin yang menghembuskan kabar dahsyat yang membuat penduduk kota itu dicekam kekhawatiran namun masih berharap ini hanya kabar biasa yang tak membahayakan. Seketika hawa dingin berubah menjadi kepanikan. Ketika satu persatu rumah warga diketuk untuk membangunkan penghuninya. Mereka diminta waspada bahwa banjir akan tiba tepat pagi dinihari ketika mata masih meminta haknya untuk dipejamkan. Penghuni rumah mulai merapikan barang-barang yang terserak meski seadanya meski mata masih mengantuk. Begitu juga yang terjadi dirumah Pak Qadir.

Tok Tok Tok ,

“Assalammualaikum” Terdengar suara ketukan pintu dan diiringi salam.

“Assalammualaikum” Suara itu diulangi lagi. Hingga Kakek Qadir berangkat meraih pintu tepat pukul 01.30 WITA dini hari.

“Waalaikum salam, baru pulang Nak” Sapa Kakek Qadir pada putra bungsunya yang baru sampai dirumah.

“Iya, tadi dapat kabar digunung banjir, hingga saya pulang larut dan menantikan kenaikan air sungai Yah,,, semoga air bandangnya tidak sampai kesini” Kata Paman Qadir memberi kabar dan informasi yang baru diamatinya.

“Benarkah? Ayah akan hubungi teman-teman dulu, kamu jangan membuat seisi rumah panik, kasian keponakanmu Qadir yang masih baru lahir, semoga kita semua dilindungi Allah SWT” Kata Kakek Qadir bijak dan menenangkan anaknya.

“Aamiin Ya Allah” Ucap Paman Qadir menyahuti seraya berdo’a demi keselamatan keluarganya. Paman pun masuk kamar dan beristirahat. Namun sejak tadi ia tidak bisa tidur sambil menanti kabar dari teman-teman melalui media sosial.

Didalam kamar Pak Qadir yang melihat putranya masih tertidur nyenyak disampingnya, samar-samar mendengar kabar dari Adiknya yang baru datang. Dipandanginya Qadir yang masih tidur pulas setelah diberi ASI oleh Istrinya yang juga sedang terlelap tidur. Pak Qadir yang belum pernah menemui banjir saat tinggal dikota itu setelah menikahi istrinya pun tak terlalu khawatir meski telah mendengar samar-samar percakapan mertua dengan adiknya tadi dari kamar dan kemudian ikut tertidur.

Dua jam kemudian ketukan pintu kembali terdengar didepan pintu rumah mereka. Tapi kali ini bukan hanya rumah kami yang diketuk, tetapi juga rumah tetangga secara bergantian. Mereka membawa kabar yang mengejutkan untuk segera mengevakuasi barang-barang elektronik ketempat yang lebih tinggi.

Tok Tok Tok

Suara ketukan pintu yang membangunkan seisi rumah, dan disertai dengan kepanikan sang pemberi kabar.

Tok Tok Tok. Suara ketukan kembali terdengar saat diantara kami melangkah menyusul daun pintu yang hampir sampai. Kakek Qadir membuka pintu dan melihat salah satu warga yang ia kenal sudah siap berdiri di balik pintu untuk memberi kabar bencana.

“Pak, banjir masuk kekota, segera amankan barang-barang elektronik kalian ketempat yang lebih tinggi” Ucap orang itu memberi tahu kami.

“Sampai mana sudah banjirnya?” Tanya Kakek Qadir penasaran.

“Sudah masuk kejalan raya, Pak” Kata orang itu singkat sambil pamit untuk mengetuk rumah lainnya agar mendapat kabar yang serupa.

“Yah, liat ada air yang keluar dari lubang saluran air!” Seru Pak Qadir merasa panik karena melihat gerakan air yang deras keluar dari arah jalan gang sempit mereka.

“Iya Yah, sepertinya debit airnya sangat tinggi hingga bisa mengalir sampai kemari” Ucap Paman Qadir memnyampaikan perkiraannya.

“Ayo segera kita merapikan barang-barang kalian” Ajak Kakek Qadir tak mau membuang waktu lagi.

Tak pernah terbayangkan sebelumnya, jika Pak Qadir dan seluruh keluarga hari ini mengalami musibah banjir yang datang tiba-tiba. Air datang dari segala sumber, bahkan dari pipa galian saluran pembuangan yang menuju ke sungai. Tapi kini sebaliknya, air datang dari saluran pembuangan air yang berasal dari sungai. Sehingga penyebaran airnya merata bisa menenggelamkan seluruh pemukaan dataran rendah di sepanjang jalan aliran sungai sampai memasuki gang sempit yang padat penduduk

Sampai dikamar, Pak Qadir mendapati Istri dan Anaknya sudah bangun dan juga khawatir menanyakan keadaan banjir yang terjadi. Meski sekarang bayi Qadir masih berumur 15 hari setelah dilahirkan. Menurut perkiraan dokter yang menangani pemeriksaan kelahiran bayinya. Anaknya akan lahir pertengahan bulan Januari 2021 hingga tak pernah disangka oleh keluarga Pak Qadir bahwa anaknya akan lahir lebih cepat dari perkiraan. Padahal sebelum lahiran Pak Qadir sempat meninggalkan Istrinya yang hamil besar keluar kota untuk urusan pekerjaan. Hingga satu malam setelah kepulangannya, anaknya yang diberi nama Abdul Qadir lahir dengan persalinan normal dan tubuh sempurna. Setelah semua acara lahiran, pemberian nama bayi dan selamatan selesai, tepat seminggu setelah itu, kini terjadi banjir yang menggenangi kota sampai kerumah Pak Qadir dan keluarga.

“Mas, gimana dengan anak kita, biasanya kalau banjir, yang paling sulit itu adalah air bersih, dan yang dikhawatirkan nanti kesehatannya” Ucap sang Istri mengkhawatirkan anaknya, karena ini bukan banjir pertama yang pernah di temuinya. Lain halnya dengan Pak Qadir yang baru saja tinggal dengan mertuanya. Banjir ini adalah pengalaman pertamanya.

“Kalau kamu mau, sementara tinggal dengan orang tuaku selama banjir disini?” Kata Pak Qadir memberikan saran pada Istrinya.

“Iya Mas, gak papa, demi keselamatan anak kita” Kata Istrinya yang baru saja melahirkan dan sangat membutuhkan air bersih dan lingkungan sehat untuk bayi mereka.

“Kamu siapkan segala kebutuhanmu dan Qadir, aku telpon Ayah dulu untuk menjemputmu” Ucap Pak Qadir mengarahkan Istrinya.

Tiba-tiba Nenek Qadir yang sudah selesai merapikan barang mengetuk pintu kamar dan menanyakan keberadaan cucunya.

“Qadir gimana Nak, kata teman Ayahmu, banjir bandang kali ini sangat parah dari Gunung Meratus” Kata Nenek Qadir menyampaikan kabar yang baru didengarnya.

“Benarkah Ma” Sahut Istriku.

“Bahkan banjir bandang ini sudah merusak beberapa rumah disana, katanya air datang tanpa diduga dan dengan sekejap membawa rumah mereka yang diseret oleh derasnya debit air beserta pepohonan yang tumbang, Mama ngeri sekali    mendengar itu dari teman Ayahmu” Kata Nenek Qadir melanjutkan ceritanya.

“Iya Nak, lebih baik, kamu selamatkan dulu bayimu ditempat yang aman, biar kami yang mengurusi rumah ini” Saran Kakek Qadir yang berujar dari depan pintu kamar.

  “Gimana Mas, Apa Ayah mertua sudah dihubungi?” Tanya Mama Qadir memastikan rencana mereka.

“Iya, sudah, nanti setelah sholat subuh, aku antar kalian ke jalan raya depan yang belum digenangi banjir, sehingga mobil Ayah bisa menyusul” Kata Pak Qadir.

“Mama bisa menemani Anak dan Cucu Mama untuk sementara tinggal dirumah orang tuaku” Ajak Pak Qadir pada mertuanya.

“Mama disini saja, semoga banjirnya tidak sampai naik kerumah” Tolak Nenek Qadir.

Azan Subuhpun berkumandang seiring bertambahnya debit air yang menggenangi kota. Mereka sekeluarga mengambil Wudhu untuk menunaikan sholat subuh. Dinginnya udara dan guyuran air kran kali ini sangat dingin hingga dengan berwudhu saja membuat mereka mengigil kedinginan. Pak Qadir segera menunaikan hajatnya. Setelah selesai pamit membawa istri dan anaknya untuk di jemput. Hujan mulai turun gerimis di pagi itu. Hingga mereka dengan susah payah memasang jas hujan dan berjalan melewati arus banjir yang sudah setinggi lutut, mereka berjalan hampir 2 KM menuju tempat yang disetujui. Sampai akhirnya tiba disana dan menunggu sampai hari berangsur terang dangan rintik hujan yang menyerawak kepermukaan berhenti. Genangan air banjir yang bercampur lumpur berwarna kuning keemasan mereka lewati dengan langkah kecil sambil menggendong bayi Qadir yang masih tertidur pulas dalam dekapan Ibunya. Sampai didepan bengkel mereka berhenti untuk istirahat menunggu jemputan. Pak Qadir berusaha lagi menghubungi orang tuannya yang menjemput. Begitu sambungan diangkat, Pak Qadir menanyakan keberadaan orang tuannya.

“Assalammualaikum”, tanpa salam dijawab diseberang telpon, Pak Qadir terus menyampaikan apa yang ingin ditanyakannya.

“Yah, Sudah sampai dimana?” Tanya Pak Qadir.

“Waalaikum salam, Macet banget di Mandingin, gak bisa tembus, air sudah menggenangi badan jalan” Ujar Ayah memberitahukan kondisi disana.

Mendengar hal itu Pak Qadir berpikir keras karena dari sana untuk mencapai keberadaannya juga akan melewati satu tempat lagi yang kemungkinan akan lebih dalam dari badan jalan yang ayahnya temui. Yang berarti seputaran masjid Agung sudah dua kali lipat tingkat kedalamannya dari simpangan Mandingin. Pak Qadir mengingat jalan tembus yang lain untuk menuju keberadaannya.

“Yah,,, Ayah balik arah aja memutar lewat simpangan dekat masjid di Mandingin lewat jalan tol, nanti kami tunggu di rumah keluarga di Matang ginalon, disini airnya juga mulai naik” Ucap Pak Qadir memberitahu  Ayahnya.

“Baiklah, tunggu disana saja” Ucap Kakek Qadir kemudian menyetujui saran Anaknya. Akhirnya Kakek Qadir memutar arah mobilnya menuju jalan yang diberitahukan Pak Qadir dengan susah payah dan memecah kemacetan Kakek Qadir berusaha melajukan mobilnya ditengah antrian pengemudi dengan tujuan yang sama dan tak dapat melewati arus banjir yang deras dan semakin dalam. Kakek berusaha menuju lokasi yang disebutkan tadi meski dibeberapa titik juga menemukan genangan banjir yang masih bisa dilewati, hingga sampailah pada tempat tujuan setelah hampir dua jam memutar jalanan hingga sampai ke Matan Ginalon tempat keberadaan cucunya.

Tepat jam 8.00 WITA pagi mereka berhasil bertemu dan menjemput cucu kesayangannya yang masih dalam buaian. Pak Qadir menitipkan Anak dan Istrinya bersama Ayahnya dan memutuskan kembali kerumah mertuanya membantu disana. Dengan berat hati Pak Qadir melepaskan kepergian Anak dan Istrinya. Mereka saling melambaikan tangan dan saling memberi pesan untuk menjaga diri dan hati-hati. Bayi Qadir dicium hangat oleh Ayahnya yang kala itu melepaskan kepergian mereka untuk mengungsi dari banjir sebelum berpisah. Setelah itu Pak Qadir berjalan gontai menyusuri banjir kembali kerumah mertuanya. Air kali ini semakin dalam dari pada saat ia mengantarkan Anak dan Istrinya keluar tadi, dalam waktu 2 jam saja, air sudah mencapai pinggang orang dewasa. Pak Qadir tak mampu lagi meneruskan perjalanan memasuki gang, karena disana debit air yang mengeluar berasal dari saluran air dibawah tanah meluap dengan derasnya. Begitu sampai didepan gang, tiba-tiba, Pak Qadir mendengar suara memanggilnya.

“Nak, jangan masuk gang lagi!”, suara teriakan memanggilnya.

“Ayo ikut Mama kerumah Julak yang ada lotengnya”, ucap Nenek Qadir dari seberang jalan menunggui menantunya, kalau-kalau kembali setelah mengantar Anak dan Istrinya. Pak Qadir pun menyusul mertuanya menyeberangi jalanan yang banjir dan masih mengenakan jas hujan yang dipakainya ketika berangkat tadi.

“Qadir dan Mamanya sudah aman bersama Kakeknya tadi dijemput Ma” Kata Pak Qadir memberitahu mertuanya.

“Alhamdulillah, Sekarang kita yang perlu mencari tempat yang lebih tinggi untuk istirahat”, Kata Nenek Qadir mengucapkan rasa syukurnya akan keselamatan Anak dan Cucunya.

“Apa banjir biasanya sampai sedalam ini Ma, disini?” Tanya Pak Qadir.

“Baru kali ini banjir sampai pinnggang, dan ini pun debit airnya masih terus naik” Ucap Mama sambil berjalan menerobos banjir.

“Kakek dan Paman Qadir dimana Ma?” Tanya Pak Qadir lagi ketika sampai di loteng Julak dan tak menemukan kedua keluarganya itu.

“Mereka tadi masih di rumah dan naik ketempat jemuran yang lebih tinggi” Kata mertuaku memberitahukan keberadaan Suami dan Anak bungsunya.

“Kamu disini saja, ganti bajumu yang basah itu, nanti sakit” Ucap Mertuanya sambil menyerahkan kantong pelastik yang berisi baju kering yang sengaja dibawanya sebelum meninggalkan rumah tadi.

Pak Qadir pun mengganti bajunya yang basah dan pasrah pada takdir yang dialami keluarganya, terutama Qadir kecil yang kebanjiran diusianya yang baru berumur 15 hari. Menelisik kebelakang, Pak Qadir masih bersyukur bahwa Isrtinya melahirkan lebih cepat dari perkiraan hingga tak melahirkan ditengah kondisi banjir seperti ini. Dan bayi Qadir kini telah aman bersama orang tuanya.

Sementara didalam mobil, Kakek yang dari tadi menyetir masih saja menemukan beberapa jalan yang tergenang air. Alhamdulillah jalan itu masih bisa ditembus mobil. Hingga Kakek Qadir memutuskan melewati jalan tembus yang lebih jauh lagi memutar dan tidak kembali kejalan asal yang dilewati tadi. Kakek Qadir memutar lewat Ilung hingga memakan waktu lama di perjalanan hingga sampai di rumah. Sejam setengah tibalah Kakek, bayi Qadir dan Mamanya didepan rumah dan disambut hangat oleh Nenek dan Tante Qadir yang cemas menunggu dari tadi. Mereka senang sekali menyambut kedatangan cucunya pertama kali kerumah mereka.

“Ya Allah, Cucuku,,, ayo masuk, kasihan sekali masih kecil sudah kebanjiran” Ucap Nenek Qadir meraih cucunya dari pelukan sang ibu yang kelelahan selama perjalanan tadi.

“Ayo masuk Kak” Ucap Tante Qadir sambil membawakan barang-barang Bayi Qadir masuk kedalam rumah.

“Bagaimana dengan suamimu Nak?” Kata Nenek Qadir menanyakan putranya.

“Ayah Qadir kembali kerumah, membantu-bantu disana” Jawab menantunya yang juga masih mengkhawatirkan keberadaan suaminya ditengah banjir.

Istrinya dan keluarga mengkhawatirkan Pak Qadir yang tak bisa dihubungi sedari tadi. Sampai malampun menanti dan langit pagi menyeruak kepermukaan. Telpon Pak Qadir kembali dihubungi,  namun masih tak bisa. Apakah gerangan yang terjadi? sementara sang bayi selalu rewel. Malam kedua pun berlalu, Pak Qadir masih tak bisa dihubungi. Kecemasanpun menghantui seisi rumah, bahkan bayi Qadir selalu rewel tiap malam menginap dirumah Nenek tanpa Ayahnya. Hingga malam berikutnya Pak Qadir bisa menelpon dengan telpon biasa, mengabarkan keadaannya baik-baik saja dan air masih setinggi dada dari tadi malam.

“Tadi malam handphone terjatuh di banjir hingga mati dan sekarang menelpon pakai handphone Kakek yang biasa, bukan android” Ucap Pak Qadir menjawab segala kekhawatiran keluarganya.

“Bagaimana banjirnya?” Tanya Istrinya sekali lagi.

“Air sudah mulai turun, puncaknya tadi malam sampai dada orang dewasa” Kata Pak Qadir mengabarkan.

“Bagaimana dengan ketersediaan makanan disana, apa bisa makan?” Tanya Istrinya lagi.

“Iya tadi dapat makan, ada yang membagikan nasi bungkus meski gak banyak” Kata Suaminya.

“Alhamdulillah, jaga kesehatan ya Mas, pakai baju kering, dan jangan terlalu capek” Pesan Istrinya.

“Iya, sudah dulu ya, ini mau ikut membersihkan Langgar, supaya bisa sholat dan istirahat, kasian para pengungsi yang mencari tempat istirahat, karena banjir yang mereka derita lebih parah dari pada kita” Begitu kata Pak Qadir menutup pesan untuk Istrinya.

Kota Barabai yang terkenal sebagai pusat ekonomi sebanua enam atau terkenal dengan istilah Barabai Parisj Van Borneo pun sempat lumpuh total selama beberapa hari. Sebab banjir bukan saja memutus jalan terotoar tetapi juga jalannya perekomonian masyarakat sebagai pasar agrobisnis hasil perkebunan yang selama ini memasok sayuran segar dari berbagai daerah. Akses untuk pemberitaan dan media sosial untuk beberapa saat terhenti karena pemadaman listrik selama banjir. Air bersih yang sulit dipenuhi juga menambah penderitaan warga. Meski ketersediaan air melimpah sampai masuk rumah, air bersih untuk minum sangat langka dan makanan sulit dicari. Malampun diselimuti gelap yang menambah dinginnya hari. Kali ini Pak Qadir dan keluarga hanya mampu merenungi nasib rumahnya yang terendam banjir melalui loteng rumah tetangga yang sengaja menampung mereka untuk beristirahat.

Meski air mulai surut, tapi Pak Qadir belum bisa menyusul Istri dan Anaknya. Pak Qadir masih berada di banjir sampai hari minggu. Hingga Ayahnya kembali ketempatnya untuk menjemput dan banjir bisa dilewati mobil. Sementara sepeda motor miliknya masih belum bisa dipakai karena mogok terendam banjir. Akhirnya Bayi Qadir dapat bertemu Ayahnya dan mulai berhenti rewel setelah 3 malam yang panjang akan kerewelannya yang mengkhawatirkan keluarganya dan juga penduduk disekitarnya kebanjiran. Kini Pak Qadir sudah berkumpul dengan keluarga kecilnya.

 

 

Sampanahan, 2  Februari 2021

Meng-azzam-kan niat untuk berbagi kebaikan

 

(Artikel)

BURDAH DI DESA SAMPANAHAN

(Karya Puisi Terbaik Sepanjang Masa)

Oleh  Norrina,S.Pd

Qasidah burdah sudah terkenal seantero dunia. Burdah berisi ungkapan kerinduan yang selalu didengungkan lewat bait syair yang mengalun merdu. Syair pujian dan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW melalui selalu menggema di majelis-majelis pencintanya. Mengalunkan syair burdah dalam indahnya kata berbait do’a. Didalam burdah terdapat puji-pujian kepada Nabi Muhammad SAW, cinta kasih, pengendalian hawa nafsu, do’a-do’a, pujian kepada Al-Qur’an, isra mi’raj, jihad dan tawasul. Semua itu dibuat secara puitis. Burdah memberi manfaat pada jiwa, menyiramkan kesegaran pada kegersangan hati akan taqwa, melalui lantunan merdu syair sepanjang masa. Sajak pujian menyimpan pesan semangat perjuangan. Qasidah burdah dari negeri Mesir yang kita lantunkan, menggema diseluruh negeri islam. Burdah senantiasa dilantunkan diberbagai penjuru dunia dan sudah diterjemahkan dalam berbagai bahasa Negara.

Penyair hebat Imam Al Busiri (610-695 H) yang bernama lengkap Syarafuddin Abu Abdillah Muhammad bin Saed bin Hammad Al Busiri sebagai pengarangnya. Terdapat kisah bahwa burdah berasal dari hasil karya seorang lumpuh yang memuji Nabi Muhammad SAW dan memohon syafaatnya. Dia adalah Imam Al-busiri yang berinisiatif mengubah syair-syair pujian dikala ia sedang sakit dan melantunkan bait syair yang dibuatnya sampai tertidur dan bermimpi berjumpa Nabi Muhammad SAW. Kemudian ketika bangun dari mimpi, seketika ia sembuh dari lumpuhnya. Alunan syair burdah juga mampu menyembuhkan berbagai penyakit dan mengatasi problem hidup. Dengan kecintaan kepada Nabi Muhammad SAW dengan mengharapkan keridhaan Allah SWT. Jika Rasulullah ridha, maka Allah SWT pun ridha akan kecintaan kita pada Rasulullah dan mengharapkan syafaat atas beliau.

Di Indonesia, burdah dianggap istimewa karena keunikannya, selain shalawat lain seperti pembacaan Barzanji dan Ad Diba’i. Diantara daerah-daerah penikmat syair burdah, yang menjadikan membaca burdah sebagai tradisi adalah sebuah desa kecil bernama Sampanahan. Diceritakanlah sebuah desa yang mengalunkan syair burdah dalam keseharian hidup bermasyarakat melalui majelis dan rumah-rumah penduduk.

Gambar letak desa Sampanahan, Kotabaru-KalSel

 

Desa Sampanahan adalah sebuah desa kecil yang berhulu dari sungai yang berada dipedalaman kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan. Jalur transfortasi darat dan perairan yang bermuara kelaut sebagai penghubung desa Sampanahan dengan desa Gunung Batu Besar ibukota kecamatan Sampanahan dan pemerintah kabupaten Kotabaru yang berada dipulau. Sungai Sampanahan lengkap dengan buaya muara yang berjemur dipinggir sungainya. Juga daerah dataran rendah yang berlangganan banjir setiap tahun karena letak geografis yang diapit oleh aliran sungai yang berkelok. Sinyal jaringan internet yang terbatas. Penduduk yang ramah dengan suasana agamis yang kental dalam kesehariannya.

Burdah bukan hanya sebagai ritual keagamaan, tetapi berisi tasawuf dan pesan moral yang diajarkannya. Kegiatan membaca burdah di desa Sampanahan yang mayoritas masyarakat beragama islam. Beberapa alim ulama di desa ini menerapkan pola pembelajaran seperti pada pesantren-pesantern yang terkenal di Kalimantan Selatan. Mereka membentuk majelis ilmu untuk ibu-ibu dirumah tokoh agama dan pengajian umum di masjid untuk bapak-bapak. Selain itu mereka juga membiasakan mendengungkan maulid habsy dan burdah hampir diseluruh pelosok kampung yang terdiri dari 9 Rukun Tetangga (RT). Tidak heran jika setiap kelompok mempunyai kelompok pembacaan burdah sendiri.

Burdahan tersebut dilaksanakan berbeda-beda malam dalam setiap minggunya. Pembacaan burdah yang terbiasa terdengar disekitari Sampanahan, yaitu: malam senin oleh RT tetangga, malam jum’at di RT kami yang pesertanya didominasi oleh ibu-ibu, malam rabu bertempat di masjid Al- Hidayah khusus untuk umum. Dan juga malam minggu di makam Datu pacah ampat khusus jama’ah laki-laki. Ritual burdah juga sudah menjadi tradisi di desa Sampanahan, khususnya pada acara hari besar agama islam dan setiap kegiatan yang mengumpulkan orang banyak atau zikir di selipkan bacaan burdah. Seperti: ketika memperingati tahun baru islam, ketika menolak bala waktu memperingati hari arba musta’mir (hari rabu terakhir bulan safar), dan setiap kali mengadakan acara haulan guru- guru besar/ tokoh agama oleh masyarakat sekitar. Pada peringatan hari besar agama seperti tahun baru islam dan hari arba musta’mir. Penduduk berarak keliling kampung sambil membaca burdah dengan berjalan beriringan. Kegiatan pawai ini dipenuhi oleh berbagai kalangan, ada anak-anak, remaja, dewasa, orang tua bahkan kakek-kakek yang masih kuat berjalan keliling kampung. Karena memang kampung Sampanahan ini tidak terlalu luas. Keliling kampung bisa ditempuh dengan berjalan kaki memasuki pelosok-pelosok gang kecil yang saling berhubungan. Meski sebagian penduduk tidak ikut turun langsung berjalan keliling kampung. Mereka ikut serta menyediakan makanan dan minuman dititik-titik yang dilaluinya pawai tersebut. Sehingga ritual burdahan ini menjadi sangat meriah dan mengesankan bagi penduduk desa Sampanahan, apalagi bagi saya orang perantauan yang tinggal disini. Hal ini menjadi pengalaman seru bagi saya ketika langkah kaki yang dijalankan mengikuti irama burdah yang dibaca. Serasa ada aura yang membahagiakan dari do’a yang dilantunkan dengan penuh harap untuk keselamatan kampung dari segala macam marabahaya dan semoga terhindar dari berbagai macam penyakit.

Kegiatan membaca burdah sudah menjadi kebiasaan penduduk turun temurun hingga lantunannya terbiasa dilafalkan dari anak-anak sampai dewasa. Ritual burdah ini tidak lepas dari kebiasaan yang diajarkan oleh tokoh masyarakat, tokoh agama dan merupakan zuriat Nabi Muhammad SAW yang sekarang bermakam di Sampanahan. Beliau adalah Habib Umar bin Habib Ali Al Bahasym (alm) yang hari ini diperingatinya haulan beliau yang ke-53. Setiap haul beliau diperingati penduduk kampung setiap tahunnya dengan meriah. Meski hanya terdapat satu masjid besar bernama Al-Hidayah sebagai pusat keagamaan. Didesa ini ada juga sebuah pesantren yang masih swakelola dengan bangunan sekolah dengan MTsN untuk kegiatan belajar keagamaan santri-santri disini. Dimana Pendidikan yang diajarkan berpedoman dari pesantren terkenal di Kalimantan Selatan. Karena sebagian guru yang mengajar disini adalah alumni dari sana. Pendidikan keagamaan ini sudah berkembang dari tingkat TK-SD-SMP/MTs-SMA, dimana anak-anak pagi sekolah sebagai siswa belajar Pendidikan formal dan siangnya anak-anak sekolah sebagai santri belajar ilmu agama di pesantern Miftahul Khair dan ditambah lagi malamnya kegiatan kemasyarakatan melalui kelompok – kelompok maulid habsy dan burdahan dirumah-rumah penduduk secara bergantian.

Peran dari pembacaan burdah dikampung ini adalah salah satu penyeimbang untuk harapan dan do’a agar masyarakat dan lingkungan terjaga dari masalah sosial. Karena didalam syair burdah juga terdapat pelajaran moral. Mengenalkan dan mengarahkan untuk meneladani sikap-sikap yang ada pada diri Rasulullah sebagai kebiasaan baik yang bisa mereka tiru. Masyarakat awam penikmat bacaan burdah di desa Sampanahan tidak mengetahui tentang isi kandungan burdah selain sebagai shalawat dan do’a. meski begitu, mereka terus membaca dan memperdengarkan burdah dirumahnya. Membaca burdah itu mengasyikan seperti mendengarkan alunan bacaan shalawat lainnya. Segersang-gersangnya tanah apabila selalu disiram akan berkurang debunya.  Begitu juga dengan pembacaan burdah dikampung ini, dapat menyirami kesegaran pada kegersangan hati akan taqwa. Oleh penduduk yang yakin terhadap khasiat membaca burdah agar terkabul segala apa yang mereka hajatkan. Apapun hajat dan tujuan membaca burdah jika dilakukan dengan ikhlas mengharapkan syafaat nabi Muhammad SAW dengan begitu apapun yang diharapkan setelah membacanya akan sesuai dengan harapan. Agar terhindar dari dosa hati, maka kembalikan maksud membaca burdah dengan niat karena Alah SWT yang dilakukan dengan ikhlas.

 

Sampanahan, 26 Juli 2021


BIONARASI

Norrina, S.Pd. kelahiran 23 April 1989 ini adalah seorang guru kelas di SDN Sampanahan-Kotabaru Propinsi KAL-SEL.  Anak pertama dari tiga bersaudara pasangan H.Hamdani dan Hj. Arlinah ini merantau dari Birayang- HST ke Kotabaru demi mengabdikan dirinya didunia pendidikan.  Ia mengajar sebagai PNS di sebuah Desa kecil di pedalaman Kabupaten Kotabaru. Meski berada didaerah yang susah sinyal, kegemarannya dalam membaca dan menulis ia ekspresikan dalam aktivitas kesehariannya dengan terus belajar menulis. Dapat dihubungi melalui norrinaspd@gmail.com  atau FB dan IG: Riena Violetasya

 

Pengalaman luar biasa saat seleksi akademik PPG dalam jabatan berbasis domisili 2022

Pengalaman luar biasa untuk ujian berbasis domisili PPG dalam jabatan 2022

Oleh : Norrina
Part 1 (ujicoba)
Alhamdulillah merasa bersyukur karena dapat ujian di daerah sendiri dengan kemudahan mengakses jaringan internet. Meskipun tanpa kendala yang berarti, tapi tetap menyita energi yang bagiku itu cukup melelahkan. Tulisan ini bukan untuk mengeluh, tetapi mengabadikan moment yang sayang untuk dilewatkan. Mulai dari berbagai persiapan sudah dilakukan dari mencari sinyal wifi dan headset yang gak jadi terpakai.
Sesi 6, dengan waktu ujicoba pretes hari ini yang dijadwalkan oleh pengawas LPTK Universitas Pendidikan Indonesia pukul 10.30 WIB. Ditunggu terasa lama, karena antara mata mengantuk namun tak mau terpejam sambil menidurkan sang bayi. HP selalu terjaga pada WA grup pengawas, meski semua notifikasi sudah di nonaktifkan, pikiran selalu tertuju pada link zoom yg belum juga dibagikan hingga waktu menunjukan pukul 12.00 WITA.
Setelah mendapatkan link zoom saat beberapa waktu berselang, masuklah kami satu persatu pada zoom dan pengawas mulai mengatur posisi duduk satu persatu, hampir 4 kali berselang, pengawas menanyakan kesulitan kami satu persatu, mulai dari aplikasi yg tidak bisa diproses, tidak bisa login, sampai menjelaskan secara detail cara mengatasi gangguan dan menggunakan exam browser untuk ujian besok, sabarnya peserta yang menunggu peserta lainnya yang terkendala jaringan belum bisa memproses masuk aplikasi untuk login, serta persiapan yg perlu diupload dan dikirim japri kepengawas di hari H. Semua dengan sabar dan detail disampaikan. Hingga 3 jam berlalu dengan sabar tetap diposisi ujian.
Peserta sesi 6 kali ini terdiri dari berbagai daerah dan kebanyakan dari mereka adalah ibu atau bapak yang jam terbang mengajarnya cukup lama, terlihat dari bagaimana mereka meminta bantuan kepada teman sejawat untuk membantu membuka aplikasi. Alhamdulillah pengawas bijak, masih memperbolehkan untuk membantu dengan catatan ketika aplikasi sudah terbuka, silahkan asisten meninggalkan peserta untuk menjawab soal secara mandiri nanti saat ujian dilaksanakan.
Pengarahan ujicoba berlangsung selama 3 jam. Anakku mulai rewel, dari nenek, kakek dan ayahnya sudah mencoba membujuk, sampai kakaknya menyerahkan sang bayi padaku, untungnya saat itu sudah sesi terakhir. Ketika peserta sudah boleh keluar dari aplikasi, aku meraih anakku dan tanpa sempat pamit meninggalkan kamera zoom. Ketika kembali, syukurlah zoom sudah usai. Kali ini aku dapat langsung memejamkan mata lelahku bersama adik bayi yang lebih dulu tertidur di pangkuan.
Akhir kata, saya minta keikhlasan dari pembaca tulisan ini untuk mendo'akan saya yang sedang menghadapi seleksi akademi PPG dalam jabatan berbasis domisili berjalan dengan lancar dan dapat lulus tahun ini dengan hasil yang memuaskan. Aamiin



Part 2 (ujian seleksi akademik)
Alhamdulillah, pelaksanaan tes seleksi akademik PPG sesi 6 tgl 12 April 2022 pukul 12.30 WIB berjalan sesuai jadwal. Dengan persiapan yang bisa dibilang dadakan, pagi itu ku sempatkan membuka contoh soal di youtube dari jam 10.00 sampai zhuhur. Karena malamnya begadang hampir pagi, bukannya begadang buat belajar, malah yg kulakukan update status pengalaman siangnya waktu ujicoba. Klu lagi dapat mood menulis, ya nulis aja, pekerjaan yg lain terlewati. Dan perlu pemikiran yang tenang untuk mendapatkan hasil tulisan seperti ini.
Waktu zhuhur pun tiba, ku bergegas melaksanakan sholat dan ketemu kakek atau abahku ketika wudhu untuk minta do'akan selesai beliau sholat, semoga tes kali ini lancar dan sukses. Dan foto inipun hasil jepretan beliau sebelum sholat untuk dikirim pada pengawas ujian sebelum mulai zoom dan menjawab soal. Dan semoga do'a teman teman yang lain, yang telah ikhlas mendo'akan kelulusanku juga dikabulkan oleh Allah SWT. Karena pada video youtube terakhir yang aku buka isinya bukan contoh soal malah trik menghadapi ujian. Disana dikatakan ada 2 hal yang perlu diperhatikan agar kita sukses dalam ujian, yaitu ; 1. Minta do'akan orang tua, minimal berilah kabar. 2. Jawab soal yang kita dapat dulu, kemudian yang ragu-ragu, kemudian tidak perlu menjawab soal yg kita memang tidak tau, karena bagai manapun kita berpikir keras, ya memang tidak tau, jadi ketika punya sisa waktu, jawab dulu pertanyaan yg ragu-ragu, kemudian isi jawaban yg kita benar-benar tidak tahu dengan menjawab jawaban yang pilihannya sama semua, misal pilihan A, jadi semua yg tidak tau jawabanya klik aja A semua. Gitu sih pesannya, sampai kuakhiri pencarianku di youtube kala itu.



Ujian pun akhirnya dimulai dengan mempraktekan pesan tersebut, kujawab soal ujian satu persatu. Saat sedang asiknya menjawab soal,,, jaringan tiba-tiba down,,, aku tidak bisa maju menjawab soal berikutnya dan mundur ke soal yang lain. Jawabanku tidak dapat disimpan dan terhenti di soal no.75, padahal waktu masih separuh dari 150 menit untuk 120 soal pilihan ganda. Aku diam sebentar dan berdo'a, semoga jaringan wifi kembali normal. Selang beberapa saat, jaringan sudah naik kembali, tapi entah kenapa aplikasi SEB untuk menjawab soalku masih diam ditempat. Kucoba lah bertanya kepada pengawas dan menjelaskan masalahku. Setelah dicek dengan kamera zoom oleh pengawas, beliau menyarankan untuk keluar dulu dari aplikasi dan masuk dari awal lagi. Aku sempat ragu, bagaimana dengan 74 soal yang sudah ku jawab. Hingga pengawas mengerti kekhawatiran ku dan mengatakan,,,tidak masalah dengan jawaban ibu sudah tersimpan diaplikasi. Kemudian aku pun menuruti saran dari pengawas. Aku bisa kembali ke soal terakhir yang sudah ku jawab dengan waktu yang terus berjalan.
Dimenit terakhir menjawab soal, pengawas kembali menanyakan perihal ujianku. Apakah sudah selesai? Dan kujawab tinggal 1 menit terakhir. Setelah menyelesaikan ujian, akupun izin dengan pengawas untuk keluar zoom dan mulai merobek kertas coretan yang ada dimeja ujian. Begitu mencek peserta zoom, ternyata yang masih bertahan di zoom hanya aku dan bu Maria disertai pengawas. Akupun keluar dari zoom dengan ucapan terimakasih pada pengawas hari itu. Ujian kali ini alhamdulillah sudah terlewati dan tinggal menunggu hasil. Ujian Seleksi akademik PPG ini adalah langkah awal untuk mendapatkan sertifikat PPG,,, dan perjalanan kesana masih panjang. Semoga Allah memudahkan langkah demi langkah itu, memudahkan jalannya hingga sampai pada hasil yang diharapkan.





Hari ini bertepatan dengan Haul sayyidah khodijah ra. Selasa, 11 ramadhan 1443 H/12 April 2022. Semoga juga menjadi hari baik untukku berkat kemurahan hati khadijah istri Rasulullah. Semoga kebaikan juga menyertai kami yang ujian PPG hari ini, hingga bisa lulus PPG 2022. Aamiin

Selamat hari kartini buat mama tercinta,,, kartiniku
selamat ulang tahun yang ke-59 mama...
terimakasih selalu mendukungku selama ini.
aku percaya, habis gelap, terbitlah terang.






PAMERAN KELAS 6B TA 2023 2024

https://youtu.be/-GUYNd6A-PM